Rabu, 24 Januari 2018

MAKAM SYEIKH QUROTUL 'AIN

"NYARKUB"

EDISI LANJUTAN " SOWAN TABARUKAN" DAN NAPAK TILAS MENELUSURI JEJAK PARA AULIYA'

(1). MAKAM WALIYYULLAH SYEIKH MURSYAHADITILLAH / SYEIKH QUROTUL' AIN

LOKASI DI PULAU BATA KARAWANG JAWA BARAT...

Syekh Mursyadatillah Atau juga di sebut Syeikh Hasanuddin atau Syeikh Qurotul 'ain.  Adalah seorang ulama Agung putra dari ulama besar Perguruan Islam negeri Campa yang bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan Syekh Jalaluddin ulama besar Mekah. Jika di tarik dan di lihat dari silsilah keturunan, Syeikh Mursyadatillah masih ada garis keturunan dari Sayyidina Husein Bin Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah . menantu dari Kanjeng Nabi Muhammad Shollallohu'Alaihi wa Sallam..

Sebelum berlabuh di Pelabuhan Karawang, Syekh Mursyadatillah datang di Pelabuhan Muara Jati, daerah Cirebon pada tahun 1338 Saka atau tahun 1416 Masehi.

Syech Nurjati mendarat di Cirebon pada tahun 1342 Saka atau tahun 1420 Masehi atau 4 tahun setelah pendaratan Syeikh Mursyadatillah di Cirebon. Kedatangan Syeikh Mursyahadatillah atau Syeikh Quro di Cirebon, disambut baik oleh Syahbandar atau penguasa Pelabuhan Muara Jati Cirebon yang bernama Ki Gedeng Tapa.

Maksud dan tujuan kedatangan Syeikh Mursyadatillah ke Cirebon adalah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam kepada Rakyat Cirebon.

Setelah sekian lama di Cirebon, akhirnya misi Syeikh Mursyadatillah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam di Pelabuhan Cirebon rupanya diketahui oleh Raja Pajajaran yang bernama Prabu Angga Larang.
Namun disayangkan misi Syeikh Mursyadatillah ini oleh Prabu Angga Larang di tentang dan dilarang, dan kemudian Prabu Angga Larang mengutus utusannya untuk menghentikan misi penyebaran Agama Islam yang dibawakan oleh Syech Mursyadatillah dan mengusir Syeikh Mursyahadatillah dari Tanah Cirebon.

Ketika utusan Prabu Angga Larang sampai di Pelabuhan Cirebon, maka utusan itu langsung memerintahkan kepada Syeikh Mursyahadatillah untuk segera menghentikan dakwah dan penyebaran Agama Islam di Pelabuhan Cirebon. Agar tidak terjadi pertumpahan darah, maka Syeikh Mursyahadatillah atau Syekh Quro perintah yang dibawakan oleh utusan dari Raja Pajajaran Prabu Angga Larang itu disetujuinya, Syeikh Mursyahadatillah seraya berkata kepada utusan Raja Pajajaran Prabu Angga Larang :

“ Meskipun dakwah dan penyebaran ajaran Agama Islam ini dilarang, kelak dari keturunan raja Pajajaran akan ada yang menjadi Waliyullah meneruskan perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam ”.

Peristiwa tersebuti sontak sangat disayangkan oleh Ki Gedeng Tapa dan para santri atau rakyat Cirebon, karena Ki Gedeng Tapa sangat ingin berguru kepada Syeikh Mursyahadatillah atau Syekh Quro untuk memperdalam ajaran Agama Islam.

Ketika itu juga  Syeikh Mursyahadatillah pamit kepada Ki Gedeng Tapa Muara Jati Cirebon untuk pergi ke Malaka, maka Ki Gedeng Tapa Muara Jati Cirebon menitipkan anak kandung Putri kesayangannya yang bernama Nyi Subang Larang, untuk ikut berlayar bersama Syeikh Mursyahadatillah ke Malaka.

Syekh Mursyahadatillah berada di Pelabuhan Bunut Kertayasa ( Kampung Bunut Kelurahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang sekarang ini ).
Di Karawang dikenal sebagai Syekh Quro karena dia adalah seorang yang hafal Al-Quran (hafidz) dan sekaligus qori yang bersuara merdu. Sumber lain mengatakan bahwa Syekh Quro datang di Jawa tepatnya di Karawang pada 1418 Masehi dengan menumpang armada Laksamana Cheng Ho yang diutus Kaisar Tiongkok Cheng Tu atau Yung Lo (raja ketiga jaman Dinasti Ming). Tujuan utama perjalanan Cheng Ho ke Jawa dalam rangka menjalin persahabatan dengan raja-raja tetangga Tiongkok di seberang lautan. Armada tersebut membawa rombongan prajurit 27.800 orang yang salah satunya terdapat seorang ulama yang hendak menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Mengingat Cheng Ho seorang muslim, permintaan Syekh Quro beserta pengiringnya menumpang kapalnya dikabulkan. Syekh Quro beserta pengiringnya turun di pelabuhan Pura Dalem Karawang, sedangkan armada Tiongkok melanjutkan perjalanan dan berlabuh di Pelabuhan Muara Jati Cirebon.

Di Kabupaten Karawang pada tahun 1340 Saka (1418 M) mendirikan pesantren dan sekaligus masjid di Pelabuhan Bunut Kertayasa, Karawang Kulon Karawang Barat sekarang, diberi nama Pondok Quro yang artinya tempat untuk belajar Al Quran. Syekh Quro datang bersama para santrinya antara lain : Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang.

Syekh Quro kemudian menikah dengan Ratna Sondari putrinya dari Ki Gedeng Karawang dan lahir seorang putra yang bernama Syekh Akhmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Syekh Quro juga memiliki salah satu santri yang sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Karawang yaitu bernama Syeikh Abdiulah Dargom alias Syeikh Darugem bin Jabir Modafah  keturunan dari Sayyidina Usman bin Affan r. a. Yang kelak disebut dengan nama Syekh Bentong alias Tan Go. Syekh Bentong memiliki seorang istri yang bernama Siu Te Yo dan dia mempunyai seorang putri yang diberi nama Siu Ban Ci.

Ketika usia anak Syech Quro dan Ratna Sondari sudah beranjak dewasa, akhirnya Syech Quro berwasiat kepada santri – santri yang sudah cukup ilmu pengetahuan tentang ajaran Agama Islam seperti : Syekh Abdul Rohman dan Syekh Maulana Madzkur di tugaskan untuk menyebarkan ajaran Agama Islam ke bagian selatan Karawang, tepatnya ke Kecamatan Telukjambe, Ciampel, Pangkalan, dan Tegalwaru sekarang.
Sedangkan anaknya Syeikh Quro dengan Ratna Sondari yang bernama Syeikh Ahmad, ditugaskan oleh sang ayah meneruskan perjuangan menyebarkan ajaran Agama Islam di Pesantren Quro Karawang atau Masjid Agung Karawang sekarang.

Sedangkan sisa santrinya yang lain yakni Syeikh Bentong ikut bersama Syeikh Quro dan Ratna Sondari istrinya pergi ke bagian Utara Karawang tepatnya ke Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sekarang untuk menyebarkan ajaran Agama Islam dan bermunajat kepada Allah . Di Pulo Bata tersebut Syeikh Quro dan Syeikh Bentong membuat sumur yang bernama sumur Awisan, kini sumur tersebut masih dipergunakan sampai sekarang.

Hingga Akhir hayatnya Kemudian Syeikh Quro atau Syeikh Mursyadatillah di semayamkan di kampung pulobata tersebut

Maka penerus perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam di Pulo Bata, diteruskan oleh Syeikh Bentong  atau Syeikh Abdullah Dargom sampai akhir hayatnya ...

WALLAHUA'LAM...

Al faqir Elmardanuzie

(2). MAQAM WALIYULLAH SYEIKH MAGELUNG SAKTI..

Lokasi Makam Syeikh Magelung Sakti alias Syarif Syam alias Pangeran Soka Berada Di Desa Karangkendal Kec Kapetakan Kab Cirebon Jawa barat..
Menurut Cerita Konon Beliau Syeikh Magelung Sakti berasal dari negeri Syam (Syria), hingga kemudian beliau juga dikenal dengan sebutan Syarif Syam. ..
Beliau putra dari Sayyid Abdurrahman Ar rumi bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Barakat zainul Alam

Semasa hidupnya Konon Syarif Syam dikenal sebagai seorang Tokoh yang sakti mandraguna Beliau juga memiliki rambut yang sangat panjang, hingga menyentuh tanah, oleh karenanya Beliau lebih sering mengikat rambutnya (di gelung/ bhs jawa ) Sehingga kemudian beliau lebih dikenal dengan sebutan Syekh Magelung (Syeikh dengan rambut yang tergelung).

Syarif Syam memiliki rambut yang sangat panjang dan rambutnya Tersebut konon tidak mampu dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Karenanya itu kemudian Beliau berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari seseorang siapa yang sekiranya sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu.
Jika ia berhasil menemukannya dan mampu utk memotong rambutnya ,
orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya beliau kemudian tiba di Tanah Jawa, tepatnya di Wilayah Cirebon.

Konon, Syarif Syam datang di pantai utara Cirebon mencari seorang guru ,
Yang sesuai dengan petunjuk/Isyarah yg Beliau dapat
yaitu salah satu seorang waliyullah di daerah Cirebon. Dan di sinilah beliau bertemu dengan seorang tua yang sanggup dengan mudahnya memotong rambut panjangnya itu.
Orang itu tak lain adalah KANJENG SUNAN GUNUNG JATI.
Syarif Syam pun dengan Sangat bergembira yg  kemudian beliau menjadi murid dari SUNAN GUNUNG JATI, dan namanya pun berubah menjadi Pangeran Soka (konon asal dari kata suka). Tempat dimana rambut Syarif Syam berhasil dipotong tersebut kemudian diberinama Karanggetas.

Setelah berguru kepada Kanjeng Sunan Gunung Jati di Cirebon, Syarif Syam alias Syekh Magelung Sakti diberi tugas untuk Menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam di wilayah utara. Beliupun kemudian tinggal di Karangkendal, Kapetakan, sekitar 19 km sebelah utara Cirebon, hingga akhir hayatnya dan disemayamkan di wilayah tersebut hingga kemudian beliau juga lebih dikenal dengan sebutan PANGERAN KARANGKENDAL.

WallahuA'lam...

Lahul Fatihah..

#SalamRahayu...

Al faqir Elmardanuzie

4 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung